Sabtu, 05 November 2011

INTERAKSI SOSIAL, PROSES SOSIAL DAN SOSIALISASI

Sosialisasi Sebagai Proses Pembentukan Kepribadian

Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.
Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup kita.



Sosialisasi adalah proses mempelajari, menghayati, dan menanamkan suatu nilai, norma, peran, pola perilaku yang diperlukan individu-individu untuk dapat berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan masyarakat.
Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli :
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3. Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.

Dalam proses sosialisasi sendiri dikenal melalui tiga tahap , yaitu :

A. Proses Internalisasi

Proses ini merupakan suatu proses panjang dan berlangsung seumur hidup, sejak manusia lahir sampai ia meninggal dunia. Di situ ia belajar membentuk kepribadian dalam perasaan, nafsu-nafsu, maupun emosi, yang diperlukan sepanjang hidupnya. Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung di dalam dirinya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat,nafsu, serta emosi dalam kepribadian individunya. Akan tetapi, wujud pengaktifan berbagai macam isi kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulus yang berada dalam alam sekitarnya dan dalam lingkungan sosial maupun budayanya. Setiap hari dalam kehidupan individu akan bertambah pengalamannya tentang bermacam-macam perasaan baru, maka belajarlah ia merasakan kebahagiaan, kegembiraan, simpati, cinta, benci,keamanan,harga diri,kebenaran, rasa bersalah, dosa, malu, dsb. Selain perasaan tersebut berkembang pula berbagai macam hasrat seperti hasrat mempertahankan hidup. Untuk menikmati keindahan semua itu dapat dipelajari melalui prosesninternalisasi yang menjadi ,ilik kepribadian individu.


B. Proses Sosialisasi
Proses ini artinya suatu proses dimana seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan kelakuan kelompoknya. Maka kepribadian adalah keseluruhan faktor biologis, psikologis dan sosilogis yang mendasari perilaku individu.
Proses sosialisasi terjadi melalui dua cara yaitu:
a. Conditioning.
b. Komunikasi atau interaksi.
Conditioning, adalah keadaan yang menyebabkan individu mempelajari pola kebudayaan yang fundamental seperti cara makan, bahasa, berjalan, cara duduk, pengembangan tingkah laku dan sebagainya.


C. Proses Inkulturasi

Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pembudayaan yaitu seorang individu yang mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem nora dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaanya. Individu sejak kecil sudah mengawali proses inkulturasi dalam alam pikiran mereka sebagai warga suatu masyarakat. Mula-mula dimulai dari lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-teman mainnya. Selain itu ia sering belajar dengan meniru berbagai macam tindakan. Namun, sebelumnya perasaan dan nilai budaya yang meberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasikan dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru, maka tindakannya akan menjadi suatu pola yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya itu untuk dibudidayakan. Berbagai macam norma kadang juga dipelajari seorang individu secara sebagian demiu sebagian dengan mendengarkan orang-orang di dalam lingkungan pergaulan pada saat yang berbeda-beda. Sudah tentu ada juga norma-norma yang diajarkan kepadanya dengan sengaja, tidak hanya di lingkungan keluarga dan di luar keluarga saja, tetapi juga secara formal.
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN PROSES SOSIALISASI
Tanpa interaksi sosial Proses Sosialisasi tidak akan terjadi karena seorang individu dalam mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya dapat berlangsung jika ada hubungan yang terjalin antara individu dengan individu dan individu dengan kelompok. 
Contoh : Hubunggan antara seorang anak dengan ayah dan ibunya akan menghasilkan proses sosialisasi
              primer dimana anak pertama kali akan belajar tentang nilai dan norma dengan ayah dan ibunya
              Hubungan antara seorang anak dengan teman sepeermainannya akan menghasilkan proses 
              sosialisasi skunder dimana anak belajar tentang nilai dan norma diluar lingkungan keluarganya.
MEDIA SOSIALISASI

1. Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama dalam proses sosialisasi. Dari data penelitian sosiologi, diketahui bahwa anak-anak yang berkepribadian menyimpang umumnya dari keluarga yang tidak harmonis. Akibatnya anak-anak tersebut cenderung berperilaku/berkepribadian menyimpang.
Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak, antara lain :
1. berusaha dekat dengan anak-anaknya
2. mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan
3. mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk
4. memberikan keteladanan yang baik
5. menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan hukuman di luar batas kejawaran.
6. menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun menerapkan ibadah dalam keluarga.


2. Teman Sepermainan

Teman sepermainan/sebaya juga merupakan media sosialisasi yang cukup berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadian. Anak atau remaja biasanya lebih memihak teman daripada orang tua. Hal itu disebabkan mereka takut tidak diterima oleh kelompok temannya.Para remaja yang terpengaruh pergaulan negatif biasanya mengembangkan kepribadian yang menyimpang. Apabila kepribadian remaja sudah rusak akibat pergaulan negatif, maka untuk memperbaikinya tidaklah mudah. Dengan demikian, lingkungan pergaulan sangat berpengaruh dalam proses sosoalisasi pembentuk kepribadian. Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain adalah masa remaja. Para remaja berusaha untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku bagi kelompoknya itu berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya, sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.



3. SEKOLAH

Lingkungan sekolah merupakan media sosialisasi sekunder yang penting dalam pembentukan kepribadian. Suasana pendidikan formal yang kurang kondusif, kepribadian dan cara guru mengajar yang kurang bijaksana, gaya mengajar guru yang membosankan, serta sarana dan prasarana belajar yang kurang memadahi, semuanya berpengaruh terhadap pembentuk kepribadian siswa. Demikian pula, penempatan siswa dalam kelompok belajar yang kurang tepat, kebiasaan belajar yang buruk, prestasi belajar yang tidak memuaskan, sikap teman belajar yang kurang baik, peraturan sekolah yang terlalu ketat, semua itu menjadi faktor penyebab timbulnya kesulitan, kecemasan, kekecewaan dan ketidakpuasdan siswa di sekolah. Oleh karena itu, perlu diciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan menyenangkan. Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan / spesifitas (specifity).

3. Tempat Pekerjaan

Tempat pekerjaan juga merupakan media sosialisasi yang tidak kal ah penting dalam proses pembentukan kepribadian. Suasana di tempat pekerjaan, jenis beban pekerjaan, jabatan dan gaji yang kurang kondusif, seringkali menjadi faktor penyebab timbulnya kekecewaan, ketidakpuasan, atau stres pada para pekerja. Demikian pula kepemimpinan yang kaku dan otoriter, sikap teman kerja yang tidak bersahabat, berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
1) Lingkungan kerja dalam panti asuhan 

Orang yang bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
2) Lingkungan kerja dalam perbankan
Lingkungan ini dapat membuat seseorang menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang bersifat material dan uang.


4. Masyarakat Umum
Masyarakat umum merupakan media sosialisasi sekunder yang cukup domionan pengaruhnya terhadap proses pembentukan kepribadian. Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat begitu banyak dan bervariasi, sehingga seringkali membingungkan warga masyarakat.
Perubahan politik tidak jarang merugikan masyarakat. Keadaan yang serba sulit tersebut menyebabkan individu hidupnya diliputi rasa cemas, ketakutan, dan tidak aman.
Masyarakat umum merupakan media sosialisasi sekunder yang cukup dominan pengaruhnya terhadap proses pembentukan kepribadian. Nilai -nilai dan norma-norma social yang berlaku di masyarakat begitu banyak dan bervariasi seperti adat, kebiasaan, tatakrama pergaulan, norma agama, norma hokum, perundang-undangan, kebijakan pemerintah, semua itu cukup berpengaruh tehadap proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian masyarakat.


5. Media Massa

Media massa berperan pula sebagai media sosialisasi. Dewasa ini, pengaruh media massa begitu kuat terhadap kehidupan masyarakat. Media massa umumnya berisi informasi tentang berbagai hal, seperti ilmu pengetahuan, nilai dan norma sosial, kesenian, dan unsur budaya lainnya.

Dengan mengikuti media massa secara intensif, maka orang akan mengetahui perkembangan masyarakat dan kebudayaannya. Pengetahuan yang diperoleh dari media massa itu akan dijadikan pedoman dalam mengarahkan sikap dan perilakunya
Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

Contoh :
1. adegan-adegan yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat
2. penayangan berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang menonton.
3. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Fungsi Sosialisasi
1. Bagi individu : agar dapat hidup secara wajar dalam kelompok masyarakat sehingga tdak aneh dan di terima di masyarkat lain serta dapat berpartisipasi.
2. Bagi masyarakat : menciptakan keteraturan social melalui penmungsian sosialisasi sbagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian social 


Proses Pembentukan Kepribadian :
1. Aliran Konvergensi, kepribadian merupakan hasil perpaduan antara pembawaan (faktor internal) dengan pengalaman (faktor eksternal).
2. Aliran nativisme, kepribadian ditentukan oleh faktor pembawaan.
3. Aliran empirisme (tabularasa), kepribadian ditentukan oleh pengalaman dan lingkungannya
Menurut jung, Tipe kepribadian menurut fungsinya ada 4:
1. Kepribadian rasional, yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh akal pikiran sehat.
2. Kepribadian intuitif, yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh firasat atau perasaan kira-kira.
3. Kepribadian emosional, kepribadian yang dipengaruhi oleh perasaan.
4. Kepribadian sensitif, kepribadian yang dipengaruhi oleh panca indera sehinggacepat bereaksi.

Tipe kepribadian berdasarkan reaksinya terhadap lingkungan ada 3:
1. Kepribadian ekstrovert, yaitu kepribadiaan yang terbuka, berorientasi ke luar sehingga sifatnya ramah,
    suka bergaul dan mudah menyesuaikan diri
2. Kepribadian introvert, yaitu kepribadian yang tertutup dan berorientasi pada diri sendiri sehingga sifatnya
    pendiam, tidak senang bergaul, suka menyendiri dan sukar menyesuaikan diri
3. Kepribadian ambivert, yaitu kepribadian campuran yang tidak bias digolongkan pada kedua tipe tersebut
    karena sifatnya bervariasi

PROSES SOSIAL
Menurut Gillin and Gillin, proses social ada dua bentuk, yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif.

a. Proses sosial yang asosiatif
Proses sosial yang asosiatif adalah proses sosial yang berjalan positif dan menghasilkan keteraturan dan integrasi sosial. Bentuk-bentuk proses sosial asosiatif, yaitu kerjasama, akmodasi, asimilasi, dan alkulturasi sosial. Proses sosial yang asosiatif ini mendorong terbentuknya pranata, lembaga atau organisasi sosial.
1) Kerjasama sosial
Kerja sama sosial (cooperation) adalah usaha bersama antara dua individu atau dua kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Contohnya, kerjasama dalam mendirikan rumah, organisasi, perusahaan, Negara dan sebagainya. Kerjasama inilah yang mendorong terwujudnya keteraturan dan integrasi social. Dengan kerjasama, kegiatan masyarakat akan mudah dilaksanakan daripada dikerjakan sendiri-sendiri. Kesejahteraan social juga akan mudah dicapai jika diusahakan dengan prinsip kerjasama sosial.
Bentuk-bentuk kerjasama sosial, antara lain sebagai berikut :
a) Kerjasama sepontan (spontanneus cooperation), yaitu kerjasama secara tiba-tiba tanpa adanya suatu perintah atau tekanan dari pihak manapun.
b) Kerjasama langsung (directed cooperation), yaitu kerjasama yang terbentuk karena adanya perintah dari atasan.
c) Kerjasama kontrak (contractual cooperation), yaitu kerjasama atas dasar suatu kontrak atau perjanjian tertentu
d) Kerjasama tradisional (tradition cooperation), yaitu kerjasama sosial yang terbentuk karena bersifat tradisi atau adat kebiasaan. Misalnya, kerjasama dalam bentuk gotong royong, tolong menolong, atau solidaritas social.
Berdasarkan pelaksanaannya, bentuk-bentuk kerjasama social, antara lain :
a) Kerukunan, yaitu kerjasama dalam bentuk tolong-menolong, gotong-royong, dan kekeluargaan.
b) Bargaining, yaitu kerjasama berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak.
c) Kooptasi, yaitu kerjasama dalam pelaksanaan politik.
d) Koalisi, yaitu penyatuan kedua kelompok atau lebih yang memiliki tujuan sama.
e) Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengumpulan modal usaha atau kerjasama dalam mengerjakan proyek tertentu.
2) Akomodasi sosial
Akomodasi sosial (accommodation) adalah proses meredakan suatu pertentangan untuk mencapai keadaan yang stabil. Apabila dua orang atau dua kelompok saling bersitegang, maka akan terjadi proses akomodasi. Pada saat akomodasi berlangsung, kedua belah pihak berada dalam keadaan tidak berhubungan social. Masing-masing pihak mempunyai kesempatan untuk berdamai atau meningkatkan konflik. Contohnya : suami-istri pisah ranjang, atau putusnya hubungan persahabatan antara dua remaja.
Bentuk-bentuka akomodasi sosial, antara lain sebagai berikut :
a) Pemaksaan (coercion), yaitu usaha meredakan pertentangan dengan paksaan. Pemaksaan ini biasanya dilakukan oleh pihak yang kuat (mayoritas) terhadap pihak yang lemah (minoritas).
b) Kompromi (compromise), yaitu pengurangan tuntutan dari kedua pihak untuk mencapai suatu penyelesaian. Kompromi dapat tercapai karena kedua pihak tidak mau melanjutkan pertikaiannya.
c) Arbitrasi (arbritation), yaitu penyelesaian pertentangan atau konflik oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua pihak yang bertikai.
d) Mediasi (mediation), yaitu penggunaan pihak ketiga sebagai mediator yang tidak memihak dalam menyelesaikan suatu pertikaian. Pihak ketiga sebagai penasehat atau mediasi tidak turut mengambil keputusan.
e) Konsiliasi (conciliation), yaitu usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai penyelesaian masalah.
f) Toleransi (tolerance), yaitu menghadirkan diri dari perselisihan atau bersikap saling menghargai untuk meredakan pertengkaran
g) Stalemate, yaitu usaha kedua pihak untuk menghentikan sendiri pertikaian, karena masing-masing memiliki kekuatan yang seimbang.
h) Ajudikasi (adjudication), yaitu upaya penyelesaian perkara melalui pengadilan.
i) Segresi (segretion), yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan cara masing-masing pihak saling menghidari konflik agar tidak berkelanjutan.
j) Eliminasi (elimination), yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan cara salah satu pihak bersedia mengalah, meminta maaf atau mengundurkan diri dari persidangan.
k) Keputusan mayoritas (majority deciation), yaitu suatu keputusan yang diambil dengan suara terbanyak
l) Gencatan senjata (cease fire), yaitu upaya penagguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu dalam mencapai penyelesaian melalui perundingan.

3) Asimilasi sosial
Asimilasi (assimilation) adalah proses penyatuan dua pihak atau dua kelompok yang berbeda kebudayaan dan menghasilkan kelompok yang baru. Contohnya, terbentuknya kelompok masyarakat indo pada zaman colonial hindia-belanda. Contoh lain, terbentuknya agama hindu di india yang merupakan hasil perpaduan antara kepercayaan suku bangsa dravida (penduduk asli) dengan suku bangsa arya (penduduk pendatang)

4) Alkulturasi sosial
Alkulturasi (acculturation) adalah peleburan dua unsur kebudayaan yang berbeda tanpa menghilangkan cirri khas kebudayaan masing-masing. Sebagai contoh, bersatunya kebudayaan asli Indonesia dengan kebudayaan hindu-budha, yang tampak dari bentuk bangunan candi, arca, prasasti, cerita wayang golek dan sebagainya.

b. Proses sosial yang disosiatif
Proses sosial yang disosiatif (processes of dissociation) adalah proses sosial yang mengarahkan pada perpecahan dan merengangkan rasa solidaritas kelompok. Bentuk-bentuk proses sosial dissosiatif, yaitu kompetisi, konflik, dan kontraversi sosial. Proses sosial yang disosiatif dapat mendorong terjadinya konflik sosial dan disitegrasi sosial.
1. Persingan (competition)
Persaingan atau kompetisi adalah proses sosial yang ditandai oleh persaingan untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya, persaingan untuk mencapai pekerjaan atau jabatan tertentu, atau persaingan siswa di sekolah untuk mencapai peringkat pertama di kelas.
2. Konflik sosial
Konflik sosial (social conflict) adalah proses sosial yang diwarnai oleh terjadinya pertentangan karena perbedaan pandangan dan kepentingan. Misdalnya : konflik sosial antara penduduk asli dengan penduduk pendatang., konflik antara buruh dengan majikan, dan konflik antara atasan dan bawahan.
Jenis-jenis sosial antara lain sebagai berikut :
a) Konflik sosial antar individu
Konflik sosial antar individu adalah pertentangan yang terjadi antar perorangan. Misalnya: perselisihan antara adik dan kakak, suami dengan istrinya, dan pertengkaran antara dua orang teman sekolah.

b) Konflik sosial antar kelompok
Konflik sosial antar kelompok adalah pertentangan yang terjadi antara kelompok dengan kelompok. Misalnya : pertentangan antara dua kelompok siswa yang berbeda sekolah, pertentangan antara dua kelompok pemuda yang beda kampung, dan pertentangan antara dua kelompok pendukung klub sepakbola.

c) Konflik sosial antar ras
Konflik sosial antar ras adalah pertentangan yang terjadi antara dua ras yang berbeda. Misalnya : pertentangan antara ras kulit putih dengan kulit hitam di Amerika Serikat dan Afrika Selatan akibat penerapan politik rasial atau aparthied.

d) Konflik status sosial
Konflik status sosial adalah pertentangan yang terjadi karena perbedaan kedudukan sosial. Misalnya : pertentangan anara buruh dan majikan, pertentangan anatara atasan dengan bawahan, pertentangan anara kelas atas dan bawah

e) Konflik antar budaya
Konflik antar budaya adalah pertentangan yang terjadi akibat perbedaan kebudayaan. Misalnya, pertentangan antara nilai-nilai budaya barat dengan nilkai-nilai budaya Timur.

3) Kontravensi soaial
Kontravensi soaial adalah proses sosial yang ditandai oleh adanya sikap dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, tetapi tidak menimbulkan konflik sosial.
Bentuk-bentuk kontraversi sosial :
a) Kontraversi umum, seperti menghasut, menghalang-halangi, memprotes dan sebagainya
b) Kontraversi sederhana, seperti memaki-maki di telepon, mencerca atau memfitnah
c) Kontraversi intensif, seperti menyebar desas-desus atau mengecewakan orang lain.
d) Kontraversi rahasia, seperti membocorkan rahasia orang lain, berkhianat atau ingkar janji
e) Kontraversi taktis, seperti mengganggu atau menghalang-halangi pihak lain atau kelompok lain

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN PROSES SOSIAL

Interaksi sosial akan mengakibatkan terjadinya Proses Sosial karena proses sosial merupakan bentuk bentuk interaksi sosial yang terwujud melalui kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial yang bersifat negatif akan menghasilkan proses sosial disassosiatif seperti  persaingan, pertentangan dan konflik sedangkan kontak sosial positif akan menghasilkan proses sosial assosiatif seperti kerukunan, kerja sama dan akomodasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar